Rokudenashi Majutsu Koushi to Akashic Records Side Story Volume 5.5 Chapter 2 - Petualangan Kucing Putih dan Buku Catatan Terlarang Part 2

Keduanya berjalan melalui pintu depan, kemudian Glenn berjalan ke tempat resepsionis untuk memberitahukan bahwa Rumia menghilang. Setelah itu, Glenn dan Sistine tiba di lantai di mana Rumia terakhir kali terlihat.

Saat itu, perpustakaan baru saja tutup karena sudah malam, sehingga hanya mereka berdua yang berada di gedung itu. Untuk menjaga koleksinya yang banyak tetap bagus, perpustakaan memiliki beberapa jendela untuk membiarkan sinar matahari masuk. Sekarang setelah perpustakaan ditutup, lampu-lampu juga dimatikan, dan seluruh bangunan menjadi gelap gulita.

Glenn dan Sistine perlahan berjalan di koridor yang rumit dan membingungkan, dengan cahaya di ujung jari mereka.

Step, step, step.

Ruang kosong menggemakan langkah mereka, menciptakan suasana yang menakutkan di mana bahkan jarum yang jatuh bisa didengar.

"..."

Di belakang Glenn, Sistine tampak sangat gugup. Jika bukan karena cahaya di ujung jari mereka, kegelapan yang tak berujung akan menelan mereka. Bukan hanya roh jahat, kegelapan membuat Sistine membayangkan teror dimana dia sedang dalam penyergapan, seolah-olah, akan monster yang melompat ke arah mereka secara tiba-tiba.

"Hei, apa kamu takut?" Pada saat itu, Glenn bertanya dengan nada tajam ketika dia menoleh ke arah Sistine, "Apa yang terjadi dengan semangatmu yang biasanya? Wajahmu terlihat sangat pucat ... Jika kau takut hantu, kembali saja sana. "

Tepat ketika Sistine merasa dia agak bisa diandalkan, Glenn kembali dengan ketidakpekaannya yang biasa.

"Yang benar saja , akan bohong jika aku mengatakan 'aku tidak takut'. Namun, aku tidak takut pada hantu atau roh jahat. "Sistine menjawab dengan mendesah," Apa yang aku rasakan adalah ketakutan alami akan kegelapan. Itu bukan sesuatu yang membuatku malu, tapi itu dapat aku atasi dengan mudah sebagai seorang penyihir. ”

"Hehehe ... Sungguh kata-kata yang beranai ... Aku bertaruh kamu hanya takut pada monster, kan?" Glenn berkata sambil mengeluarkan tawa menjengkelkan.

Mungkin dia ingin menenangkan suasana, atau mungkin itu hanya ketidak pekaan lainnya terhadap gadis-gadis, bagaimanpun, kata-katanya yang tidak sopan telah membuat Sistine selalu jengkel.

“Belum lagi, dengan teori-teori sihir modern, hantu dan roh jahat tidak lagi memiliki keberadaan yang sama membingungkannya seperti yang mereka lakukan di masa lalu, dan metode untuk menghadapinya telah dikembangkan. Kenapa aku harus takut? "

"Tsk ... Kamu tidak menyenangkan. Mengapa kamu tidak bisa bersikap setidaknya sedikit takut? "

Melihat usahanya untuk mengolok-olok Sistine gagal, Glenn hanya bisa menjawab dengan "Tch".

"Mungkin guru yang sebenarnya takut?" Sistine berkata itu ketika dia membalasnya, dia menyadari bahwa tindakannya agak kekanak-kanakan, "Jika guru takut, kembali saja dan serahkan semuanya padaku!"

"Hmph! Berhentilah mengatakan omong kosong. Kamu pikir aku ini siapa? Biarkan aku memberitahumu, aku adalah orang paling jenius di dunia - Guru yang sangat hebat, Glenn Radars! ”

“... Aku tidak tahu harus berkata apa. Orang macam apa yang menyebut diri mereka sendiri 'sangat hebat'? "

“Jika aku mengajarkan tentang ini, pasti seluruh kelas akan dengan sempurna memahami teori di balik hantu! Lagipula, aku sudah akrab dengan materi ini, sehingga aku merasa bosan setiap kali seseorang berbagi cerita hantu! "

Glenn mengangkat bahunya sambil tersenyum, dia benar-benar mengabaikan kata-kata Sistine.

“Haruskah aku menggunakannya untuk topik selanjutnya dalam pelajaran Sihir Putih? Dengan cara ini, aku bisa menunjukkan kepadamu betapa tidak bergunanya takut pada hantu? ”

"Haa ... Baik, baik, kau tidak takut hantu."

Saat saling balas kata mereka perlahan menenangkan suasana yang tegang, Glenn tiba-tiba menghentikan langkahnya setelah menyadari ada sesuatu yang aneh.

"... ?!"

Dengan suara ritme langkah-langkah yang hilang, keheningan yang menakutkan hinggap pada mereka.

"G-guru, a-ada apa?" Menyadari perilaku aneh Glenn, Sistine bertanya.

"…Ini Aneh."

"Hah? A-apa yang aneh? ”

"Hei, Kucing Putih. Tempat dimana Rumia menghilang yang kamu sebutkan tadi. Itu di bagian 'G-8', kan? "

"Y-ya."

"Apakah kau yakin?"

"Yaa!"

"Benarkah?"

"A-apa yang kau tau ?! Apa yang kau lihat ?! Berhentilah berbelit-belit! ”

Pada saat itu, Glenn menunjuk ke salah satu rak. Di dekat bagian atas rak ada piringan dengan tanda 'G-1'.

"Ah? Itu aneh ... "Sistine bergumam ketika dia juga menyadari ada yang aneh," Mengapa kita masih berada di bagian 'G-1'? Bukankah kita sudah melewati G-1 beberapa waktu yang lalu? Mengingat berapa lama kita berjalan, kita seharusnya berada di suatu tempat di dekat bagian 'G-8' sekarang ... Tapi, m-mengapa ?! "

"Asal kau tahu saja, tanda untuk bagian 'G-1' ... Ini adalah ketiga kalinya aku melihatnya."

"…Haah?"

Sistine membeku mendengar kata-kata Glenn.

"Aku pikir aku salah lihat ketika aku melihatnya untuk kedua kalinya ... Tapi sepertinya aku tidak salah."

"Kamu bercanda ... B-benarkan?"

"Jika saja seperti itu ..."

Glenn dengan hati-hati mengamati sekelilingnya dengan ekspresi cemas, dia kehilangan sikap malasnya yang biasanya.

"Ugh, kalau begitu ini berarti ... Kita ...?" Sistine dengan gugup bertanya ketika wajahnya mulai pucat.

"Ya, kita telah berjalan berputar-putar. Dengan kata lain, kita saat ini terjebak dalam lingkaran tertutup. ”

Riiing ...

Tanpa suara langkah kaki untuk memecah keheningan, deringan dalam telinga Sistine terasa sangat keras.

"K-kau salah! Aku yakin ini semua hanyalah kesalahan! "

Sistine dengan keras kepala menolak kenyataan yang menyakitkan ini, dan pergi melarikan diri.

"Ah, hei! B-bodoh! Jangan melarikan diri sendiri! "

Glenn dengan cemas mengejar Sistine.

Sistine mengingat tata letak perpustakaan, ketika dia berlari di antara rak-rak dan berbelok di perempatan besar kemudian dia melanjutkan larinya ke lorong-lorong lain.

"T-tidak mungkin ..." Sistine bergumam putus asa ketika piringan dengan tanda ‘G-1 muncul di hadapannya lagi.

“... Serius! Kucing Putih, Kau harus tenang! Akan menjadi masalah jika kita terpisah! ”Glenn berteriak saat dia menyusul Sistine yang berada di depan.

"Haa ... Kita sedang terjebak di sini. Aku merasa arahnya sedikit melenceng ketika aku mengejarmu. Setidaknya ini sudah menjelaskan mengapa Rumia tidak kembali. ”Glenn menggerutu saat dia menatap piringannya dengan alis berkerut.

“G-guru, a-apa yang harus kita lakukan ?! A-apa kita akan terjebak di sini seumur hidup?! ”Sistine berteriak dengan keras ketika dia dibanjiri kecemasan.

“Kucing Putih, tenangkanlah dirimu! Ini sama sekali tidak seperti dirimu, apa yang terjadi dengan kepercayaan dirimu yang biasanya? "

Di sisi lain, Glenn secara mengejutkan tetap tenang ketika dihadapkan dengan masalah yang seperti ini.

“Ingatlah pelajaran! Ketika lingkaran tertutup dijelaskan oleh teori sihir sederhana? Dia melakukannya dengan mengisolasi ruang dan menghubungkan kedua ujungnya, tetapi sihir yang rumit biasanya penuh dengan kejanggalan. Kita akan bisa melarikan diri saat kita menemukan salah satu kejanggalannya. dan jangan lupakan hukum sihir kedua! "

"G-guru ..."

Seperti yang diharapkan dari guru kami.

Sistine menghela nafas meniru Glenn agar bisa tetap tenang.

"Lalu, mari kita mulai mencari kejanggalan di ruang tertutup ini."

Clatter.

Pada saat itu, suara yang aneh menarik perhatian mereka.

"Ah!"

"…Apa itu?"

Mereka itu menahan napas saat mendengarkannya.

Clatter. Clatter.

"B-buku-buku itu... bergetar?"

"A-apa ?! Apa yang sedang terjadi ?! ”

Clatter. Clatter.

Tiba-tiba, buku-buku itu terbang dari rak dengan sangat cepat.

“Kyaa! B-guru! Bu-Buku itu terbang !! ”

"Tenangkan dirimu! Benda terbang bisa dengan mudah dijelaskan oleh teori sihir yang sederhana? "

"T-tapi tetap saja!"

"Kurasa kau benar-benar takut pada hantu ~"

“Ap- ...? Tentu saja tidak! ”

Saat itu, buku-buku yang tak terhitung jumlahnya terbang di udara dan menerjang mereka yang sedang bertengkar.

“Tsk! Sialan !! ”

"Kyaa !!"

Dihadapkan dengan serangan jahat, Glenn dengan cepat mengankat Sistine yang berada di dekatnya dan dia berlari. Beberapa saat kemudian, semburan buku itu menabrak tempat mereka berdiri sebelumnya.

"Tunggu-…! G-guru ?! "Sistine, yang sedang dipeluk Glenn, berteriak saat pemandangan berubah menjadi kabur," Ahhh! T-turunkan aku! Biarkan aku turun sekarang! Kyaa! Jangan pegang bagian itu! "

Muka Sistine memerah ketika dia berusaha bebas dari cengkeraman Glenn yang erat. Namun, Glenn terlalu fokus pada pelarian dan tidak mempedulikannya.

“Sial! Pekerjaan ini benar-benar merepotkan!! ”

Bersamaan dengan langkah kakinya yang cepat, kemarahan Glenn bergema dengan keras di aula yang dilewatinya.


◇ ◇ ◇

Sebelumnya | Daftar Isi | Selanjutnya
Facebook twitter Google+

Related Post

Komentar Disini